Sabtu, 26 April 2014

The Real Adventure Games

Ini adalah pengalaman yang paling spektakuler seumur hidup saya. Siapa yang bakal menyangka kalau saya jadi finalis Djarum Super Adventurace edisi pertama tahun 2008.
Waktu itu saya dapat kabar dari teman kalau bakal ada kompetisi petualangan yang di adakan oleh Djarum. Segera saya mendaftar lewat internet dengan mengirimkan semua berkas yang dibutuhkan.


Ratusan ribu orang mendaftar dan hanya akan diambil 65 orang. Tahapan seleksi yaitu kelengkapan administrasi, setelah itu wawancara melalui telepon untuk mengetahui kepribadian dan wawasan tentang adventure. Akhirnya setelah proses seleksi saya dinyatakan lolos menjadi 65 finalis yang akan bertarung di medan yang belum pernah saya bayangkan sebelumnya.



Hari pertama dari 65 finalis yang sanggup untuk datang ke Hotel Santika Slipi waktu itu hanya 59. Berbagai kelengkapan administrasi diperiksa dan juga tes kesehatan harus diikuti seluruh peserta.



Hari kedua seluruh finalis dibawa menggunakan jeep dari Hotel Santika Slipi Jakarta menuju ke lokasi perlombaan di daerah Gunung Sodong, Bogor Jawa Barat.




Sesampainya disana kami disambut para panitia. Tenda-tenda untuk bermalam pun sudah tersedia. Meski di hutan panitia menyediakan makanan yang bergizi sekelas hotel bintang lima.


Hari ketiga dan keempat adalah proses seleksi selanjutnya, dari 59 orang finalis akan diciutkan menjadi 30 orang. Pemilihan tim dilakukan dengan cara tes kemampuan fisik, skill, dan mental. Setelah hasil penilaian diperoleh ke 59 orang tersebut akan diciutkan menjadi 30 orang dan dibagi menjadi 10 tim. Jadi, masing-masing tim terdiri dari tiga orang.


























Dari hasil pengundian, akhirnya saya mendapatkan satu tim dengan nama yang cukup keren. Tim Lion itulah nama tim saya, dengan formasi Wildan Indrawan (Saya / Kudus, Fakhrur Rozi / Padang dan Mutadi Eko Prasetyo / Malang).




Hari kelima pertarungan dimulai dengan Trekathlon, ke sepuluh tim harus berlari melintasi sungai, gunung, bukit dan berbagai medan ekstrem yang cukup menantang. Tim kami menargetkan menempati posisi 3 besar pada laga pertama ini namun sayang kami harus puas pada posisi 6. Kami bersyukur tidak berada pada posisi juru kunci, karena posisi dengan skor paling rendah akan dieliminasi dan dipulangkan. Tim yang harus pulang pertama saat itu adalah Tim Bull.



Hari ke enam dilanjutkan dengan panjat tebing. Pada laga ini peserta dilarang memakai sepatu panjat karena tidak semua peserta adalah pemanjat tebing. Tim kami tidak punya target muluk-muluk kali ini, akhirnya tim kami masih bertahan untuk pertandingan esoknya. Kali ini tim yang harus tersingkir adalah Tim Bear.



Hari ketujuh merupakan hari yang tak akan terlupakan sepanjang hidup saya. Kali ini kami pindah dari kawasan Gunung Sodong ke Ciawi. Pada laga kali ini kami disuguhi perlombaan Moto Endurance. Kami harus mencari 15 check point yang sudah ditentukan panitia dengan jarak sekitar 165 km. sebuah pengalaman luar biasa menggunakan motor trail dengan melintasi pegunungan, sungai, sawah dan medan yang cukup ekstrem untuk saya.
Dengan berbekal motor yang tidak cukup baik dari panitia saya hampir beberapa kali harus meregang nyawa dengan masuk ke turunan yang tajam akibat rem motor saya yang kurang pakem. Beberapa orang dari tim lain pun harus terhenti langkahnya lantaran cedera ankle, ada yang pelipisnya bocor karena masuk jurang bahkan ada yang cedera patah kaki.



Namun semua itu sudah menjadi resiko dari perlombaan. Tentu saja panitia telah menyediakan P3K hingga akhirnya kami finish di Jatiluhur. tim yang harus tereliminasi kali ini adalah Tim Shark.

Hari kedelapan merupakan hari yang sangat menyiksa bagi semua peserta. Bagaimana tidak, selama seminggu kami disuguhi petualangan menantang bahaya tanpa istirahat yang cukup. Alhasil semua peserta menderita demam karena stamina sudah menurun but show must go on dude !



Laga kali itu adalah Mountain Bike yang medannya tak jauh beda dengan Trekathlon dan Moto Endurance. Namun para peserta lebih setuju kalau ini disebut Tuntun Bike karena lebih banyak menuntun sepeda daripada mengendarainya. Track lebih banyak jalan menanjak daripada jalan menurun. Kali ini yang harus tersingkir adalah Tim Wolf.

Hari kesembilan tim yang tersisa tinggal enam tim. Tim kami berada pada posisi juru kunci dengan torehan poin terendah. Kami tahu tidak akan lolos untuk tantangan terakhir yaitu 24 hour endurance yang akan mempertandingkan tiga tim teratas. Tiga tim tersebut akan dipecah lagi sehingga para peserta akan bertanding secara individu.

Kali ini kami disuguhi Canoeing kami harus mendayung di waduk jatiluhur. Meski kami tahu tidak akan lolos pada pertandingan terakhir namun kami tetap akan berjuang untuk mendapat hasil maksimal. Lima check point harus kami lalui dan akhirnya tim kami berhasil finish di urutan ke empat.





Tapi hasil itu tidak berpengaruh pada perolehan poin kami dan kami harus puas di posisi juru kunci. 
Tim yang pulang kali itu adalah Tim Tiger, Tim Gorila dan Tim Lion. Tim yang lolos, Tim Phanter, Tim Eagle, dan Tim Cobra.

Pada hari kesepuluh kami yang tereliminasi harus pulang ke hotel untuk berkemas kembali ke daerah asal. Meski masih kelelahan dan harus pulang, kami merasa bangga dan puas disuguhi petualangan yang luar biasa.

Hasil dari DSA edisi pertama adalah peringkat pertama Fajri Isral (Padang / Phanter), kedua Guruh Kurniawan (Bandung / Eagle), ketiga Taufiqurahman (Jakarta / Cobra), keempat Wisnu Adinegara (Bandung / Eagle), kelima Ade Cahyadi (Depok / Panther), keenam Nurdin (Aceh / Panther), ketujuh Ezaldi Muftandi (Tangerang / Eagle), kedelapan Andri Antoro (Jakarta / Cobra), dan kesembilan Gerard Christofel (Bandung / Cobra). 



Dari perlombaan ini saya pun mendapatkan pengalaman dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Hal yang paling utama adalah kerja sama tim. Tidak bisa dipungkiri kegagalan kami hingga harus parkir di posisi 6 itu karena tim kami mempunyai kerja sama tim yang sangat kurang.

Namun apapun hasilnya saya menemukan sebuah pepatah yang tidak akan pernah terlupakan "Adventure is journey, not destination".

Hingga saat ini pepatah itulah yang mengiringi hidup saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Untuk mencapai sesuatu/cita-cita (destination) itu butuh proses (journey).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar