Sebuah pesona tersembunyi di tengah pedalaman Kalimantan Tengah, tepatnya di desa Jahanjang kabupaten Katingan bernama danau Bulat. Danau ini bagaikan mutiara yang tersembunyi di tengah pedalaman Kalimantan karena keindahannya. Nama danau ini berasal dari seorang pendiri desa Jahanjang bernama Mat Saleh Engkang yang mempunyai istri dari Suku Dayak Kapuas bernama Bunter yang dalam bahasa Indonesia berarti bulat.
Desa Jahanjang nampak dari udara, di bagian timur desa terdapat sungai Katingan dan bagian barat desa terdapat danau Bulat. (photo by : Wildan) |
Desa Jahanjang secara geografis di sebelah utara berbatasan dengan desa Tumbang Runen, sebelah selatan dengan desa Karuing, sebelah barat dengan Kabupaten Kotawaringin Timur dan sebelah timur berbatasan dengan Palangka Raya. Desa dengan jumlah penduduk sekitar 700 jiwa ini mayoritas berprofesi sebagai nelayan air tawar dan sebagian lainnya sebagai buruh di perkebunan kelapa sawit.
Warga sedang bersiap untuk melakukan atraksi sepakbola api. Atraksi ini menjadi daya tarik bagi wisatawan yang mengunjungi desa Jahanjang. (photo by : Jeje Suria Nata) |
Sektor pariwisata di Kecamatan Kamipang memang sedang digenjot untuk bisa menarik wisatawan dari dalam ataupun luar negeri. Danau Bulat menjadi salah satu andalan destinasi wisata di tiga simpul ekowisata kecamatan Kamipang selain desa Baun Bango dengan wisata seni budayanya dan desa Karuing dengan pusat penelitian dan studi orang utan.
Danau seluas 500m2 ini menjadi andalan masyarakat setempat untuk bisa menarik wisatawan dari dalam ataupun luar negeri. (photo by : Wildan Indrawan) |
Air di danau ini tidak seperti danau pada umumnya, airnya berwarna coklat kemerahan berasal dari air lahan gambut. Warga setempat menyebut air lahan gambut ini sebagai air sejuta akar, karena warna air tersebut berasal dari akar-akar pohon, dedaunan, dan kulit pohon yang tertimbun bertahun-tahun. Warga juga meyakini kalau air ini bisa menyembuhkan beberapa penyakit seperti contohnya luka luar di kulit atau bahkan hingga asam urat.
Jembatan titian yang terbuat dari kayu sebagai penghubung antara guest house dengan gazebo ini melengkapi keindahan danau Bulat. (photo by : Wildan Indrawan) |
Di danau ini terdapat dua buah guest house yang bisa digunakan untuk beristirahat atau menginap. Selain itu juga terdapat gazebo dan titian jembatan yang terbuat dari kayu untuk menikmati keindahan danau Bulat. Waktu yang tepat untuk menikmati keindahan danau ini adalah pada saat senja hari, karena danau menghadap ke barat sehingga sangat pas untuk melihat matahari tenggelam.
Wisatawan sedang menikmati pemandangan matahari tenggelam di gazebo yang tersedia di danau bulat. (photo by : Wildan Indrawan) |
Biasanya pengunjung akan menghabiskan waktunya dengan berenang di danau. Selain itu pengunjung juga bisa memancing dan bersampan ria di sekitaran danau Bulat. Pada musim tertentu bisa dijumpai kawanan burung Belibis yang turun ke danau Bulat, biasanya pada bulan September burung Belibis yang berjumlah hingga ribuan ekor ini berenang di danau.
Gasebo yang tersedia untuk melengkapi keindahan danau Bulat bisa dinikmati para pengunjung. (photo by : Wildan Indrawan |
Guest house yang cukup nyaman disinggahi pengunjung untuk sekedar beristirahat sejenak ataupun menginap. (photo by : Wildan Indrawan) |
Untuk menuju tempat ini bisa melalui kota Palangka Raya menggunakan transportasi darat sekitar tiga jam menuju desa Baun Bango, ibukota kecamatan Kamipang. Setelah itu perjalanan menuju desa Jahanjang dilanjutkan menggunakan transportasi air sekitar 30 menit melalui sungai Katingan. Desa Jahanjang memang terletak di tepian sungai Katingan sehingga jika ingin mencapai tempat ini, transportasi air menjadi pilihan terbaik.
Jembatan Kasongan di Kabupaten Katingan ini menjadi akses utama untuk menuju desa Jahanjang. (photo by : Wildan Indrawan) |
Pariwisata di Katingan dirasa sangat penting untuk dikembangkan karena sebagian masyarakat di daerah ini masih bergantung pada industri sawit. Dengan dibentuknya simpul-simpul wisata di beberapa daerah diharapkan bisa mengembangkan pariwisata berbasis ekowisata yang dapat merangkul warga setempat untuk terlibat. Dengan begitu masyarakat dapat menggantungkan penghasilan dari pariwisata yang ramah lingkungan daripada bergantung pada industri sawit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar