Sabtu, 23 Januari 2016

Menyingkap Keindahan di Perut Menoreh

Para penelusur goa sedang di bawah mulut Goa Sibodak. Goa ini  berkedalaman sekitar 30 meter dari permukaan tanah. (photo by : Wildan Indrawan)
Goa Sibodak, terletak di kabupaten Purworejo Jawa tengah tepatnya di desa Donorejo Kecamatan Kaligesing. Goa ini memang belum populer karena memang bukan destinasi wisata. Namun demikian goa ini cukup menarik bagi komunitas pecinta alam untuk mengkesplorasi keindahannya. Saya beruntung bertemu komunitas penelusur goa dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, mereka mengajak saya untuk mengeksplorasi Goa Sibodak ini.

Foto mbah Cokro saat berada di Puncak Mahameru. 
(photo by : Wildan Indrawan)
Dari Yogyakarta kami harus menuju rumah mbah Cokro di desa Katurban. Sekitar 2,5 jam perjalanan kami sudah sampai di rumah mbah Cokro.Rumah ini biasa digunakan sebagai basecamp bagi para penelusur goa di kawasan Seplawan. Di rumah sederhana berdinding bambu ini biasanya para penelusur goa bermalam dan kemudian esoknya mereka akan mengksplorasi goa.

Di dalam rumah mbah Cokro sendiri tidak ada tempat tidur atau bahkan kamar seperti di penginapan pada umumnya. Di sini hanya tersedia tikar sebagai alas tidur, jadi seandainya ingin bermalam di rumah ini para penelusur goa hendaknya membawa perlengkapan tidur sendiri.

Mbah Cokro adalah warga setempat yang biasanya membantu para pendatang yang akan menelusuri goa. Ia pada masa mudanya juga gemar berkegiatan di alam bebas seperti mendaki gunung dan menelusuri goa. Ia memiliki kebun tak jauh dari rumahnya, kebun tersebut letaknya tak jauh dari Goa Sibodak yang akan kami telusuri.

Jarak Goa Sibodak dari rumah mbah Cokro tidak jauh, hanya berjalan sekitar 15 menit sudah sampai di mulut Goa ini. Bagi saya yang baru pertama kali masuk goa secara vertikal adalah pengalaman yang sangat mendebarkan karena dalam menelusuri goa secara vertikal dibutuhkan keterampilan khusus yang harus dikuasai. Tehnik Single Rope Technique adalah salah satu tehnik yang digunakan untuk menuruni goa berkedalaman sekitar 30 meter ini. 
Mbah Cokro nampak dari kejauhan sedang mengamati saya bersama dua orang dari komunitas pecinta alam UGM yang sedang mempersiapkan perlengkapan untuk turun ke dalam Goa Sibodak.  (photo by : Theo Rivera) 
Pembuat lintasan kali ini bertugas membuat anchor pada pohon untuk selanjutnya dibuat lintasan. Riggingman atau pembuat lintasan ini harus memastikan bahwa lintasan harus aman untuk dilewati dan juga harus dipastikan tidak merusak peralatan. Setelah dipastikan aman oleh pembuat lintasan, para penelusur goa bersiap di mulut goa berdiameter sekitar tiga hingga empat meter ini. 
Saya dan Komunitas Pecinta Alam UGM menuruni Goa Sibodak. Mulut goa ini cukup lebar sehingga  bisa dibuat dua lintasan untuk turun. (photo by : Theo Rivera)
Bagi penelusur goa pemula, melihat mulut goa yang menganga lebar seperti ini akan sedikit membuat jantung berdetak lebih kencang. Meskipun dasar goa terlihat dari atas hal itu tidak mengurangi adrenalin yang terpompa saat proses menuruni goa. Bagi saya butuh waktu lebih dari 15 menit untuk menuruni goa ini karena sibuk dengan kengerian dan sensasi bergantung di tali, karena di tali ini nyawa seorang penelusur goa bergantung.

Penelusur goa menuruni Goa Sibodak dengan cara Single Rope Technique atau biasa disebut tehnik SRT. Tehnik ini harus dikuasai dengan benar sebelum melakukan penelusuran goa secara vertikal. (photo by : Wildan Indrawan)  
Goa sibodak merupakan salah satu goa dari 23 goa yang tersebar di daerah desa Donorejo. Penggiat alam bebas dan beberapa komunitas pecinta alam sering melakukan kegiatan di goa ini. Biasanya mereka melakukan pelatihan penelusuran goa untuk anggota baru seperti pelatihan pembuatan jalur, pengenalan ornamen goa, dan pemetaan goa. 
Penelusur goa akan menjumpai sebuah chamber atau ruangan yang cukup besar di dekat mulut goa. (photo by : Wildan Indrawan)
Sesampainya di dalam goa, akan dijumpai sebuah chamber atau ruangan yang cukup besar dengan ketinggian dinding sekitar 10 meter. Dari mulut goa jalan agak sedikit naik dengan tanah liat yang basah sehingga tanah tersebut akan mudah menempel di sepatu yang dipakai. Ornamen goa di sini cukup menarik untuk dieksplorasi salah satunya adalah fosil kerang yang ditemukan oleh komunitas pecinta alam UGM yang saya ikuti. Menurut mereka, fosil ini merupakan bukti bahwa pada jaman pra sejarah tempat ini adalah lautan.

Stalagtit di Goa Sibodak, stalagtit merupakan mineral sekunder yang menggantung di langit-langit goa. Sebuah pemandangan khas ketika menelusuri goa. (photo source : http://albabnew.blogspot.co.id/)

(photo source : http://albabnew.blogspot.co.id/)
Selain itu ornamen khas goa berupa stalagmit dan stalagtit akan banyak dijumpai. Stalagtit dan stalagmit ini terbentuk karena proses pelarutan air kapur secara terus menerus, larutan ini mengalir melalui batuan sampai mencapai sebuah tepi. Jika tepian ini berada di atap goa maka larutan akan menetes ke bawah. Ketika larutan bereaksi dengan udara, terjadi pengendapan yang membentuk batuan runcing. Stalagtit membentuk batuan runcing ke bawah, sedangkan stalagmit membentuk batuan runcing ke atas.  

Di Goa Sibodak terdapat sebuah stalagtit berbentuk seperti sebuah aliran air yang teratur. Dalam setahun pertumbuhan rata-rata stalagtit dan stalagmit diperkirakan sekitar 0,13 mm atau 0,005 inch. Saat mengalami pertumbuhan yang cepat, stalagtit bisa tumbuh 3 mm atau 0,12 inch per tahun. Tak bisa dibayangkan jika dihitung berapa lama proses pembentukan ornamen goa ini.

Penelusur goa harus memperhatikan kode etik pecinta alam seperti jangan meninggalkan apapun selain jejak, jangan mengambil apapun kecuali gambar, dan dilarang membunuh apapun selain waktu. Apabila hal ini dapat dilakukan maka keindahan goa dapat terjaga.

Tidak menutup kemungkinan Goa Sibodak ini akan menjadi obyek wisata minat khusus. Dengan kemasan wisata petualangan serta eksplorasi keindahan dalam goa akan dapat membantu perekonomian warga setempat. Hal ini akan terjadi jika didukung oleh pemerintah setempat dan warganya yang untuk membuat regulasi pengelolaan kawasan karst yang ramah lingkungan. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar