Sabtu, 23 Juli 2016

Via Ferrata Pertama di Indonesia

Saya di tebing tebing Parang, Purwakarta sedang mencoba jalur Via Ferrata pertama di Indonesia. (photo by : Sugeng Rohmadi)
Kini semua orang bisa memanjat tebing, kira-kira itulah yang ditawarkan operator Via Ferrata di tebing Parang, Purwakarta. Setelah diresmikannya jalur Via Ferrata awal tahun 2015 lalu, kini jalur Via Ferrata di sini dikelola oleh Skywalker. Semua orang kini bisa menikmati sensasi menegangkan di atas tebing. 

Via Ferrata atau "Jalan Besi" ini berada di tebing gunung Parang, Purwakarta. Menjadi jalur Via Ferrata pertama di Indonesia. (photo by : Wildan Indrawan)
Via Ferrata sendiri berasal dari bahasa Italia yang berarti "Jalan Besi". Pada jaman perang dunia pertama terjadi, Austria dan Italia berlomba-lomba membuat jalur lintasan di gunung Dolomite untuk dijadikan lintasan suplai logistik. Setelah perang berakhir, jalur Via Ferrata di sana menjadi tujuan wisata. Kini Via Ferrata telah menjadi salah satu wisata minat khusus di beberapa negara di dunia, salah satunya Indonesia. Indonesia sendiri tergolong tertinggal dalam perkembangan Via Ferrata, Malaysia sudah lebih dulu mempunyai jalur Via Ferrata di Gunung Kinabalu. Bahkan negara-negara di Eropa sudah jauh lebih dulu mengembangkan wisata ini.
Salah satu pengunjung mencoba merasakan sensasi memanjat tebing di Jalur Via Ferrata tebing gunung Parang Purwakarta. (photo by : Wildan Indrawan)
Lokasi tebing parang berada di Gunung Parang, dusun Cirangkong desa Pesanggrahan kecamatan Tegalwaru Kabupaten Purwakarta Jawa Barat. Pengunjung yang berminat untuk mencoba memanjat di sini tidak perlu mempunyai keahlian khusus memanjat tebing karena Via Ferrata telah memiliki jalur yang jelas berupa tangga besi, sehingga pengunjung hanya perlu mengikuti jalur tersebut. 
Pengunjung harus mengikuti prosedur keamanan yaitu menggunakan helm dan mengaitkan Lanyard pada kabel baja di samping tangga besi jalur Via Ferrata. (photo by : Wildan Indrawan)
Meskipun tidak perlu keahlian khusus memanjat tebing, Via Ferrata tetap memiliki prosedur kemanan yang harus diikuti oleh pemanjat. Selain menggunakan helm, pemanjat juga diwajibkan memasang alat pengaman yang terkait dengan seat harness, yaitu Lanyard. Di jalur tersebut terdapat kabel baja di samping tangga besi yang berfungsi untuk mengaitkan karabiner pada lanyard. Lanyard ini  bersifat elastis dan mempunyai dua karabiner. Keduanya harus selalu terpasang selama aktivitas Via Ferrata di lakukan.

Selain Lanyard, ada sebuah pengaman lain bernama Cowstail. Yaitu sebuah pengaman berupa tali webbing pendek yang terkait dengan karabiner. Cowstail digunakan pemanjat jika mengalami kelelahan dengan cara mengaitkan pada tangga untuk tambahan pengaman. Jalur Via Ferrata di tebing Gunung Parang ini mencapai 150 meter, jadi pemanjat harus mempunyai tubuh yang cukup sehat untuk mencapai puncaknya.
Tebing Gunung Parang Purwakarta ini menjadi destinasi wisata yang menawarkan sensasi ketinggian di atas tebing. (photo by : Wildan Indrawan)
Semua orang bisa mencoba jalur yang tidak jauh dari waduk Jatiluhur ini. Mulai dari umur 5 tahun hingga 60 tahun pernah mencoba jalur Via Ferrata ini. Bagi pemanjat berusia lanjut biasanya adalah mantan pemanjat tebing yang ingin bernostalgia dan merasakan sensasi menegangkan di atas tebing. Tarif untuk menikmati "Jalan Besi" ini berkisar antara 300 ribu hingga 400 ribu, pemanjat akan mendapatkan fasilitas peralatan keamanan memanjat, pemandu, makan siang, dan dokumentasi.
Selain waduk Jatiluhur, wisata Via Ferrata ini diharapkan bisa menambah alternatif wisata di Kabupaten Purwakarta. (photo by : Wildan Indrawan)
Dengan adanya wisata Via Ferrata ini diharapkan bisa meningkatkan  perkembangan wisata di Purwakarta dan bisa menjadi alternatif wisata di Indonesia. Selain itu juga bisa memfasilitasi masyarakat yang ingin menikmati berada di ketinggian yang biasanya hanya bisa dinikmati para pemanjat tebing yang mempunyai kemampuan dan keahlian khusus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar