Saya saat menyelam di Danau Wopersnondi di Samares, Biak Numfor Papua. (photo by : Bronto Sumaryanto) |
Vicky Pongoh adalah salah seorang pengelola coffee shop yang di dalamnya juga terdapat pengolahan biji kopi, namanya Kopi Pace Papua. Ia juga seorang penyelam yang kerap kali berkeliling ke pelosok negeri untuk memuaskan dahaganya demi menjelajah dunia bawah air.
Malam itu, sambil menenggak kopi racikannya kami mendengar cerita tentang danau tersebut. Letaknya sekitar satu jam dari pusat kota Biak Numfor menggunakan mobil. Lumayan jauh memang tapi dari ceritanya berhasil membuat kami penasaran. "Aman nggak itu om buat diselami?" Tanya saya padanya. "Aman nggak ya?" Katanya sembari bercanda menutup obrolan kami malam itu.
Danau Wopersnondi di Samares, Biak Numfor Papua difoto dari udara menggunakan drone, lokasinya dikelilingi pepohonan lebat. (photo by : Bronto Sumaryanto) |
Lengkap dengan perlengkapan selam, esoknya kami berangkat ke lokasi berencana menyelam di danau ini. Benar juga, kami dibawa melintasi jalan di tengah hutan belantara yang masih asri. Masih banyak hewan liar yang berkeliaran di sini. Mobil kami bahkan sempat diikuti burung elang besar saat menuju ke lokasi.
Sejujurnya saya sempat ragu untuk ikut menyelam di danau ini karena masih terbayang akan ada ular besar yang bisa muncul kapan saja. Tapi di sisi lain saya juga tak mau melewatkan kesempatan pertama untuk menyelam di air tawar, karena biasanya saya menyelam di laut.
Sesampainya di lokasi, kekhawatiran itu sirna seketika. "Gimana, bagus kan?" Tanya om Vicky. Saya hanya bisa melongo terpesona melihat keindahan Maha Karya Sang Pencipta.
Saya berfoto di tepi Danau Wopersnondi di Samares, Biak Numfor Papua. (photo by : Evra) |
Wopersnondi namanya, danau ini indah sekali, benar-benar di tengah rimbunnya hutan lalu ada semacam kolam dengan air yang sangat jernih seperti kaca. Saya juga tidak mengerti bagaimana air ini bisa berwarna biru terang di tengah-tengah hijaunya pepohonan. Tak perlu berlama-lama, kami pun tak bisa menahan diri untuk segera memakai perlengkapan selam. Ingin segera menenggelamkan diri pada keindahan yang ada di depan mata ini.
Saya dengan Adrian Mirino salah satu anggota komunitas Kaffein Diver menjelajahi dunia bawah air Danau Wopersnondi di Samares, Biak Numfor Papua. (photo by : Bronto Sumaryanto) |
Saat itu saya juga ditemani komunitas Kaffein Diver kawan-kawan dari om Vicky saat menyelam di sini. Ceritanya, komunitas ini terbentuk lantaran mereka sering berkumpul bersama untuk menikmati kopi di Kopi Pace Papua. Kebetulan mereka mempunyai kegemaran yang sama, yaitu menyelam. Karena itulah mereka disebut Kaffein Diver. Ah, senang sekali saya mempunyai sahabat-sahabat baru di sini.
Setelah ditentukan pasangan (buddy) untuk menyelam, kami mulai bergerak masuk ke dalam air. Airnya dingin ketika menyentuh kulit tapi rasa penasaran saya mengalahkan dinginnya air danau ini. Saya sempat coba merasakan rasa airnya, "Hmm.. Benar-benar air tawar," gumam saya. Tapi agak ke bawah rasa air mulai sedikit berubah menjadi air payau. Memang ternyata danau ini tak jauh dari bibir pantai, jadi rasa airnya campuran air tawar dan air laut.
Saya bersama Amalina Luthfia rekan kerja saya dan Adrian Mirino menjelajahi dunia bawah air Danau Wopersnondi di Samares, Biak Numfor Papua. (photo by : Edy Prasetyo) |
Saya berkeliling ditemani Bhisma, buddy saya. Ia seorang perawat yang juga hobi menyelam. Saya hanya bisa terkagum-kagum, baru kali ini saya melihat pemandangan bawah air seperti ini, pohon-pohon yang roboh di air menjadi ornamen yang menghiasi danau, bagaikan aquascape di alam liar.
Tapi di sini saya tidak melihat ikan atau satwa air lainnya, apakah memang tidak ada atau mereka sedang bersembunyi karena ada manusia-manusia berdatangan. Entah, yang jelas saya tidak melihat kemunculan ular besar seperti yang saya khawatirkan sebelumnya. Kedalaman maksimal danau ini sekitar 15 meter kalau melihat data dari dive comp yang kami pakai.
Saya menjelajahi dunia bawah air Danau Wopersnondi di Samares, Biak Numfor Papua sembari mengibarkan bendera merah putih. (photo by : Bronto Sumaryanto) |
Waktu yang tepat untuk mengunjungi danau ini adalah jam 12 siang saat matahari tepat di atas danau. Matahari bisa menjadi cahaya penerang saat kita menyelam, selain itu warna biru danau ini akan semakin terang dan kontras dengan sekelilingnya karena cahaya matahari yang menyinari. Untuk mengambil foto di bawah air harus cermat, karena kibasan kaki katak bisa membuat air menjadi keruh akibat lumut yang tersapu, sehingga hasil foto tidak jernih seperti beberapa foto saya.
Saya bergaya santai duduk di salah satu batang pohon yang roboh di Danau Wopersnondi di Samares, Biak Numfor Papua. (photo by : Bronto Sumaryanto) |
Ada cerita dari warga setempat, danau ini terbentuk karena bom yang pernah jatuh ke dalam hutan ini dan membuat lubang yang besar seperti ini. Namun cerita itu belum terkonfirmasi benar atau hanya isapan jempol belaka.
Memang, Biak tak bisa lepas dari sejarah perang dunia puluhan tahun silam lalu. Pulau Biak menjadi medan pertempuran Perang Dunia II antara kubu Jepang dengan Sekutu. Pulau ini menjadi saksi bisu konflik terbesar dan paling destruktif sepanjang sejarah. Tak heran, banyak peninggalan bekas perang di pulau ini. Salah satunya mungkin danau ini yang ceritanya belum bisa diverifikasi kebenarannya.
Ah apapun itu, karya seni sang Maha Pencipta seindah ini sudah sepatutnya kita jaga dengan baik dengan menjaganya tetap bersih dan lestari. Kami menutup hari dengan kembali menyesap kopi khas bikinan om Vicky sembari menikmati birunya danau. Semoga saya bisa kembali lagi ke sini suatu saat.
Tabik.
Asyiikksss... Ngopi niyeee nich sambil baca KakaWildan...
BalasHapusHihi jangan lupa ramaikan dengan share linknyaaa 😁😁🤭
Hapus